Home » Pendidikan » Mobilitas Sosial Itu Apa? Ini Bentuk, Faktor, & Dampaknya Lengkap

Mobilitas Sosial Itu Apa? Ini Bentuk, Faktor, & Dampaknya Lengkap

Iuwashplus.or.idDalam kehidupan bermasyarakat, tentu akan terjadi perubahan atau perpindahan strata sosial yang disebut dengan mobilitas sosial. Perubahan tersebut merupakan hal yang wajar dan dapat dialami oleh setiap individu karena melakukan berbagai usaha untuk membuat hidupnya menjadi lebih baik.

Jika seseorang berada di strata sosial yang rendah, maka keinginan untuk mencapai hidup yang makmur menjadi lebih tinggi. Oleh karena itu, mereka dapat menempuhnya dengan berbagai cara, misalnya, sekolah, bekerja, pindah tempat tinggal, dan lain sebagainya.

Akan tetapi, juga dapat terjadi perubahan strata sosial menjadi lebih buruk. Hal ini dapat disebabkan oleh berbagai faktor, misalnya kehilangan lapangan kerja atau bangkrut sehingga kondisi ekonominya menurun. Selain itu, individu atau kelompok juga tidak mengalami perubahan strata yang signifikan.

Pengertian Mobilitas Sosial

Pengertian Mobilitas Sosial

Mobilitas atau gerak sosial merupakan perpindahan status sosial individu maupun kelompok ke status sosial lain di dalam masyarakat. Hasil perpindahan atau perubahan tersebut membuat status sosial menjadi lebih rendah, sederajat, maupun lebih tinggi dari sebelumnya.

Jadi, masyarakat yang dulunya memiliki ekonomi yang kurang dapat berusaha untuk bekerja dan mengumpulkan uang hingga menjadi kaya. Sama halnya dengan orang yang ekonomi cukup, namun terjadi sesuatu sehingga menyebabkan ia banyak kehilangan uang dan menjadi susah.

“Mobilitas sosial adalah tanggung jawab kita untuk merubah nasib kita sendiri.” – Nelson Mandela

Baca Juga: Teks Drama: Pengertian, Ciri, Unsur dan Contoh Singkatnya

Bentuk-Bentuk Mobilitas

Bentuk-Bentuk Mobilitas

Gerak sosial masyarakat terdiri atas 4 bentuk, yaitu vertikal, antargenerasi, horizontal, maupun intragenerasi. Bentuk-bentuk tersebut didasarkan pada besarnya pengaruh perpindahan status sosial yang dialami oleh individu maupun masyarakat. Bentuk-bentuk gerak sosial, diantaranya:

1. Mobilitas Vertikal

Gerak sosial vertikal adalah perubahan strata sosial menjadi lebih tinggi (naik) atau lebih rendah (turun). Artinya, status sosial individu atau kelompok menjadi berubah atau tidak sama dengan sebelumnya. Oleh karena itu, mobilitas vertikal terbagi menjadi 2, yaitu ke atas dan ke bawah.

Vertikal ke Atas

Individu atau kelompok yang mengalami perubahan status sosial yang lebih tinggi dari status sebelumnya adalah mobilitas vertikal ke atas. Mobilitas jenis ini kemudian terbagi menjadi 2 bentuk yaitu masuk ke golongan baru maupun yang lebih tinggi.

Jika mau ke golongan status sosial yang lebih tinggi berarti individu tersebut dulunya berada di bawah kemudian naik menjadi lebih tinggi. Hal ini dapat terlihat pada seorang guru honorer yang dulunya belum diangkat kini naik jabatan karena resmi menjadi Aparatur Sipil Negara (ASN).

Sementara itu, mobilitas sosial vertikal ke atas yang membentuk kelompok baru dapat terjadi jika sebelumnya ada dan kini dibentuk dan memiliki status sosial yang tinggi.

Vertikal ke Bawah

Individu yang mengalami perubahan strata sosial menjadi lebih rendah dari sebelumnya disebut sebagai mobilitas vertikal ke bawah. Kondisi ini dapat terjadi jika seseorang memiliki kedudukan atau jabatan yang tinggi lalu kehilangan pekerjaan tersebut karena faktor tertentu.

Misalnya, Iman adalah seorang ASN di Kementerian Keuangan. Akan tetapi, ia beberapa bulan lalu telah pensiun sehingga secara otomatis mobilitasnya akan turun. Selain itu, turunnya strata sosial pada individu bisa terjadi karena kelompoknya mengalami disintegrasi.

Baca Juga  Tabel Perkalian Anak 1-10 Lengkap dengan Cara Hapalnya

Setiap perubahan strata yang dialami oleh individu tentu tidak terjadi begitu saja tanpa adanya penyebab. Nah, berikut ini terdapat 3 penyebab terjadinya mobilitas vertikal ke atas maupun ke bawah, diantaranya:

Kekayaan

Salah satu parameter untuk menilai strata sosial seseorang adalah banyaknya harta atau kekayaan. Mobilitas vertikal memungkinkan individu untuk menjadi lebih kaya dari sebelumnya maupun lebih miskin.

Kekuasaan

Seseorang yang memiliki kekuasaan tertentu akan lebih mudah untuk naik jabatan yang akhirnya akan menambah kekuasaannya. Oleh karena itu, mobilitasnya akan meningkat secara drastis. Begitupun sebaliknya, orang yang tidak memiliki kekuasaan akan sulit untuk naik jabatan.

Alhasil, mobilitasnya akan menurun dari sebelumnya. Kondisi seperti ini lazim terlihat di masyarakat bagi orang-orang yang memiliki kekuasaan besar akan lebih sejahtera jika dibandingkan dengan masyarakat biasa yang tidak memiliki kekuasaan apapun.

Pendidikan

Mobilitas sosial yang dapat diperoleh secara merata dan adil adalah melalui jalur pendidikan,  khususnya pendidikan formal. Individu yang memiliki riwayat pendidikan yang tinggi dan bagus, tentu akan mendapatkan strata sosial yang bagus pula, terlebih jika ia sudah bekerja.

Baca Juga: Teks Eksplanasi: Penjelasan, Tujuan, Jenis, Struktur, Dan Cirinya

2. Mobilitas Horizontal

Individu yang mengalami mobilitas horizontal bukan tidak mengalami perubahan strata sosial, namun posisinya sejajar atau sama. Misalnya, Rina bekerja di Rumah Sakit ABC sebagai dokter spesialis anak. Setelah itu, ia pindah ke Rumah Sakit BCD dengan posisinya yang sama yaitu dokter spesialis anak.

Artinya, Rina mengalami perubahan tempat kerja namun penghasilan dan jabatannya sebagai dokter spesialis anak tetap anak tetap sama. Dengan demikian, posisinya dalam kehidupan bermasyarakat juga tidak akan mengalami perubahan. Dalam mobilitas horizontal akan terjadi 2 hal, yaitu:

Status (Tingkatan)

Mobilitas berhubungan erat dengan status atau tingkatan sosial seseorang. Contoh mobilitas ini yaitu Pak Raka yang menjabat sebagai kepala sekolah di SMA SATU, lalu pindah tugas menjadi kepala sekolah di SMA DUA. Jadi, disebut sebagai mobilitas dalam status sosial yang sederajat.

Wilayah

Perubahan strata sosial dapat terjadi dalam hal-hal kecil, termasuk wilayah. Misalnya, Reihan adalah warga Jakarta, namun setelah menikah ia memutuskan untuk pindah ke Bandung bersama dengan istrinya. Nah, Reihan mengalami mobilitas, namun tetap sama dengan sebelumnya.

3. Mobilitas Antargenerasi

Perpindahan strata sosial yang terjadi pada individu yang melibatkan perbedaan generasi adalah mobilitas antargenerasi. Mobilitas ini ditandai dengan adanya perubahan taraf hidup dalam sebuah keluarga, baik semakin tinggi maupun semakin turun.

Hal utama dari mobilitas antargenerasi tidak berdasarkan pada perkembangan keturunannya. Namun, ditentukan pada perubahan status sosial yang kemudian berpengaruh terhadap generasi selanjutnya. Misalnya, Ibu Nara setiap hari bekerja sebagai penjual gorengan dan hanya memiliki ijazah SD.

Meskipun demikian, ia tetap mampu menyekolahkan anaknya hingga lulus di universitas dengan gelar Sarjana Hukum. Dalam hal ini, terjadi mobilitas sosial antargenerasi melalui jalur pendidikan, dimana sang ibu dulunya hanya lulusan SD namun anaknya bisa menjadi sarjana (S1).

4. Mobilitas Intragenerasi

Mobilitas intragenerasi didefinisikan sebagai perubahan strata sosial yang terjadi pada generasi yang sama. Artinya, perubahan status tersebut terjadi pada individu itu sendiri, bukan karena keluarga maupun orang terdekat lainnya.

Misalnya, Joe sebelumnya bekerja sebagai kuli bangunan di salah satu perusahaan swasta yang ada di daerahnya. Setelah bekerja beberapa tahun, atasan Joe menilai kinerjanya sangat bagus sehingga memutuskan untuk menaikkan jabatannya menjadi seorang mandor.

Baca Juga  Trust Issue: Tanda, Penyebab, Dan Cara Mengatasinya

Dalam hal ini, perubahan strata sosial yang dialami oleh Joe merupakan hasil dari kerja kerasnya sendiri. Bukan berkat ibu, ayah, saudara, maupun bantuan siapapun yang dekat dengannya. Meskipun demikian, mobilitas intragenerasi juga dapat membuat kondisi sosial seseorang menjadi turun.

Faktor Pendorong Terjadinya Mobilitas

Faktor Pendorong Terjadinya Mobilitas

Setelah memahami bentuk-bentuk mobilitas, selanjutnya Anda juga wajib untuk mengetahui faktor-faktor yang mendukung hal tersebut dapat terjadi.

Terdapat 5 faktor pendorong mobilitas yaitu, struktural, ekonomi, politik, individu, dan kependudukan.

1. Struktural

Faktor struktural berhubungan dengan kesempatan individu untuk meraih sebuah kedudukan maupun kemudahan untuk mendapatkannya. Faktor ini terdiri atas 3 bagian penting, yaitu struktur pekerjaan, ekonomi ganda, dan pengalaman belajar.

Struktur Pekerjaan

Aktivitas ekonomi masyarakat umumnya dibedakan menjadi 2 sektor berdasarkan lingkungannya, yaitu sektor formal dan informal. Perbedaan kedua sektor tersebut sangat mempengaruhi tingkat keberhasilan mobilitas sosial individu yang terlibat.

Misalnya, individu yang bekerja di sektor pertanian sebagian besar memiliki status sosial yang rendah. Oleh karena itu, mobilitas mereka juga cenderung rendah. Meskipun demikian, hal tersebut berarti mereka akan gagal saat berusaha mengubah status sosial.

Saat ini, sudah banyak orang dari di sektor pertanian yang terbukti berhasil melakukan mobilitas. Mereka dapat hidup menjadi lebih baik maupun lebih buruk melalui berbagai usaha dalam kurung waktu tertentu.

Ekonomi Ganda

Sesuai namanya, ekonomi ganda adalah kegiatan ekonomi dalam suatu negara yang menimbulkan dualisme. Umumnya, ekonomi seperti ini terjadi di negara berkembang, seperti Indonesia. Adapun kegiatan ekonominya dikuasai oleh unsur-unsur yang bersifat tradisional dan modern.

Pengalaman Belajar

Latar belakang pendidikan atau pengalaman belajar juga mendorong terjadinya mobilitas. Individu yang berasal dari strata sosial yang tinggi, biasanya memiliki pengalaman belajar yang lebih terjamin jika dibandingkan dengan masyarakat yang berasal dari strata sosial yang rendah.

2. Individu

Mobilitas juga dapat terjadi karena kualitas individu itu sendiri. Hal ini dapat dilihat dari keterampilan, pengetahuan, serta sikap yang dimiliki. Seseorang dapat mengubah status sosialnya dengan meningkatkan kualitas yang dimiliki, misalnya melalui pendidikan.

3. Ekonomi

Kondisi ekonomi tentu sangat berpengaruh terhadap mobilitas. Ekonomi dapat membuat seseorang menjadi lebih mudah untuk mendapatkan pendidikan yang bagus, modal yang banyak, serta berbagai kesempatan lain yang dapat terwujud.

Sebaliknya, jika individu memiliki kondisi ekonomi yang kurang, maka kesempatan untuk mendapatkan hal yang sama menjadi sangat terbatas. Dengan demikian pendapatan yang diperoleh juga sedikit yang membuat mereka menjadi sulit untuk melakukan mobilitas baik secara horizontal maupun vertikal.

4. Politik

Meskipun cakupannya cukup luas, namun politik suatu negara juga dapat mempengaruhi terjadinya mobilitas. Kondisi negara yang tidak stabil akan membuat keamanan masyarakat menjadi terganggu. Dengan demikian, kemudahan mereka untuk bekerja dengan posisi yang lebih baik menjadi sulit.

Misalnya, negara yang sedang mengalami resesi tentu membuat harga bahan pokok menjadi tinggi. Beberapa perusahaan memutuskan untuk melakukan PHK terhadap karyawan untuk mengurangi pengeluaran. Jadi, masyarakat yang terdampak PHK akan mengalami mobilitas vertikal ke bawah.

5. Kependudukan

Berdasarkan data dari Badan Pusat Statistik (BPS), jumlah penduduk yang tinggal di Indonesia cenderung mengalami peningkatan dari waktu ke waktu. Peningkatan tersebut secara langsung akan mempersempit lahan atau pemukiman serta menambah jumlah kemiskinan.

Oleh karena itu, pemerintah seringkali mendorong individu untuk pindah atau bermigrasi ke daerah lain. Hal ini dilakukan agar mendorong terjadinya mobilitas sehingga tidak terjadi penumpukan penduduk di suatu daerah sementara daerah lain masih dapat ditinggali dengan baik.

Baca Juga: Apa Itu Strict Parents, Ciri-ciri dan Dampak Negatifnya untuk Anak

Faktor Penghambat Mobilitas Sosial

Faktor Penghambat Mobilitas Sosial

Jika terdapat faktor pendorong, maka ada pula faktor yang menghambat terjadi mobilitas. Faktor-faktor tersebut dapat berasal dari individu maupun dari sosial yang membuat seseorang menjadi berada di strata sosial yang sama dalam kurung waktu tertentu.

Baca Juga  6 Contoh Kata Pengantar Laporan Kegiatan, KKN, Skripsi, dll

1. Kemiskinan

Hingga saat ini, penyebab utama individu sulit untuk melakukan mobilitas adalah kemiskinan. Kondisi ekonomi yang kurang membuat mereka menjadi susah untuk mendapatkan pendidikan yang bagus dimana hal tersebut dapat meningkatkan kualitas hidup serta pekerjaan yang layak.

2. Diskriminasi

Tidak dapat dipungkiri bahwa di era sekarang ini masih banyak orang yang mengalami diskriminasi oleh orang lain. Diskriminasi merujuk pada perbedaan perlakuan yang diberikan oleh orang lain kepada individu atau masyarakat karena ras, suku, agama, bangsa, hingga golongan yang tidak sama.

Jika terjadi demikian, maka akan memicu terjadinya konflik baik dalam kelompok kecil maupun besar. Akibatnya, mobilitas orang yang terlibat menjadi stagnan atau cenderung tidak mengalami perubahan yang disebabkan adanya tekanan dari golongan yang lebih besar dan kuat.

3. Stereotip Gender

Kesetaraaan gender memang sudah lama diperjuangkan agar laki-laki dan perempuan mendapatkan hak yang sama. Namun, masih banyak orang yang memiliki stereotip gender dan menganggap bahwa laki-laki memiliki derajat yang lebih tinggi dari perempuan.

Misalnya, perempuan tidak boleh mendapatkan pendidikan yang tinggi seperti laki-laki. Nah, jika masyarakat terjebak dalam pikiran tersebut, mereka akan susah untuk melakukan perubahan strata sosial atau mobilitas menjadi lebih baik.

Dampak Mobilitas Sosial

Mobilitas yang terjadi pada individu maupun masyarakat akan memberikan dampak positif maupun negatif.  Dampak positif terjadi saat individu mencapai taraf hidup yang lebih baik dari sebelumnya, sementara dampak negatif terjadi saat ia mengalami penurunan taraf hidup dari sebelumnya.

Dampak Positif

1. Mendorong Individu untuk Maju

Mobilitas akan berpengaruh terhadap status sosial seseorang. Misalnya, Caka bersekolah di Sekolah Dasar (SD) yang biasa saja. Namun, karena ia rajin belajar dan terus mendapatkan juara 1, Caka akhirnya bisa masuk ke SMP bergengsi. Jadi, mobilitas membuat Caka lebih maju.

2. Mendorong Perubahan Sosial

Jika terjadi mobilitas, maka akan mendorong terjadinya perubahan sosial ke arah yang lebih baik. Misalnya, anak muda yang mendapatkan beasiswa untuk kuliah di kota besar. Setelah lulus menjadi sarjana, ia kembali ke kampung halaman untuk melakukan pembangunan agar lebih maju.

Dampak Negatif

1. Kecemasan

Seseorang yang memiliki status sosial yang tinggi, cenderung mengalami kecemasan jika status tersebut menjadi turun di mata masyarakat. Misalnya, Pak Kopi adalah pejabat di lingkungan pemerintah pusat yang selalu khawatir akan kehilangan jabatan maupun pendapatan yang tinggi.

Oleh karena itu, ia melakukan berbagai cara untuk mempertahankan jabatannya termasuk berbuat curang. Jika terjadi demikian, maka masyarakat akan mengalami kerugian besar karena sudah memilih pejabat yang bekerja hanya untuk dirinya sendiri.

2. Menurunkan Solidaritas Kelompok

Saat terjadi mobilitas vertikal maupun horizontal, solidaritas kelompok dapat menurun. Misalnya, Pak Cendana tinggal di desa terpencil dan hidup berkecukupan tiba-tiba memenangkan kuis senilai ratusan juta rupiah.

Ia pun kemudian memiliki uang yang cukup untuk membeli rumah di kota lalu pindah ke sana. Alhasil, di kota Pak Cendana akan mendapatkan tetangga baru, namun secara tidak langsung akan merenggangkan hubungannya dengan tetangga yang lama di kampung halaman.

3. Memicu Konflik

Mobilitas bisa berdampak besar jika terjadi konflik dalam masyarakat. Misalnya, Pak Kusni memiliki toko bangunan yang berdiri tidak jauh dari toko bangunan Bu Kusen. Oleh karena pembeli Pak Kusni lebih banyak, maka Bu Kusen pun menjelek-jelekkan usaha tersebut dan memicu konflik.

Mobilitas Sosial merujuk pada perubahan strata individu maupun kelompok dalam kehidupan bermasyarakat. Perubahan tersebut dapat membuat hidup mereka menjadi lebih baik (mobilitas vertikal ke atas atau bahkan lebih buruk (mobilitas vertikal ke bawah) yang disebabkan oleh berbagai faktor.

Baca Juga:

Jangan sampai ketinggalan informasi terkini seputar teknologi dan tutorial terbaru dari Iuwashplus.or.id:

DMCA.com Protection Status